Peristiwa Rengasdengklok
|
Chaerul Saleh |
Para pemuda mengadakan rapat pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 di Jalan Cikini No.71,Jakarta. Dalam rapat ini membahas tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Pertemuan ini mash dipimpin Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri,tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang.
Orang yang dianggap paling tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah Soekarno-Hatta.Karena kedua tokoh tersebut menolak usul golongan pemuda, maka pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta, maka kedua tokoh tersebut akan mudah dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalangi niat untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
|
Peta Rengasdengklok |
Rengasdengklok dipilih oleh para pemuda dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut.
- Rengasdengklok dilatarbelakangi oleh laut sehingga mudah meloloskan diri jika ada serangan dari pihak Jepang.
- Sebelah timur daerah Rengasdengklok dibentangi oleh Purwakarta dan Cilamaya yang berada di bawah penguasaan satu daidan PETA yang siap menghadapi setiap kemungkinan dari arah timur.
- Sebelah selatan ada tentara PETA Kedung Gedeh.
- Sebelah barat ada tentara PETA di Bekasi yang siap menghadapi musuh yang mencoba menyerang dari arah Jakarta.
- Di Rengasdengklok sendiri terdapat satu cudan (kompi) tentara PETA yang dipimpin oleh Cudancho Soebono dan Umar Bahsan.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA daidan Purwakarta dan daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya bersedia segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Soekarno-Hatta sudah diamankan ke Rengasdengklok, akan tetapi mereka masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Ahmad Soebarjo yang sedang sibuk mencari informasi kebenaran tentang penyerahan Jepang kepada Sekutu tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno-Hatta. Keberadaan Soekarno-Hatta akhirnya diketahui dari Wikana. Terjadi kesepakatan antara Ahmad Soebarjo dan Wikana untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya Mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk mengusahakan agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
|
Ahmad Soebardjo |
Rombongan yang terdiri dari Ahmad Soebardjo, Sudiro, da Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan ini tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segera membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang telah menyerah.
Peranan Ahmad Soebardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu meyakinkan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Komandan Kompi PETA setempat yang bernama Subeno bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Ahmad Soebardjo adalah seseorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda, bahkan dia juga sebagai penghubung dengan komandan angkatan laut Jepang Laksamana Muda Maeda. Melalui Ahmad Soebardjo juga, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang aman untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Demikian postingan saya tentang peristiwa Rengasdengklok, jika ada kesalahan maka itu semata-mata karena keteledoran saya sendiri, saya mohon maaf.
Sumber: Buku WAJAR Sejarah Untuk SMP/MTs Kelas VIII
Komentar
Posting Komentar